GAPKI: Konsumsi Minyak Sawit Meningkat, Produktivitas Tidak Stabil
ACEHLIVE.COM – Konsumsi minyak sawit dalam negeri terus meningkat. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pun mewanti-wanti konsumsi yang meningkat tidak diimbangi oleh produktivitas yang tidak stabil.
Ketua GAPKI Eddy Martono mengatakan konsumsi minyak sawit meningkatkan selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, konsumsi minyak sawit naik menjadi 17,3 juta ton dibandingkan tahun 2019 hanya 16,7 juta ton.
Kemudian konsumsi sawit naik lagi menjadi 18,4 juta ton tahun 2021 dan 20,9 juta ton pada 2022. Untuk tahun 2023, konsumsinya mencapai 23,2 juta ton.
“Kalau kita lihat 2019 dari 32,3% atau 16,7 juta ton, kemudian naik jadi 33,6% atau 17,3 juta ton. Di tahun 2022, naik jadi 20,9 juta ton atau 35,9%. Dan tahun 2023 sudah jadi 23,2 juta ton,” kata Eddy dalam acara Halal Bihalal Gapki dengan Media, Jakarta (30/4/2024).
Sementara itu, meningkatnya konsumsi tidak diimbangi oleh produksi sawit yang stabil. Pada tahun 2023, produksi sawit hanya 54,8 juta ton. Angka ini baru meningkat dibandingkan produksi sawit beberapa tahun ke belakang yang cenderung menurun. Pada tahun 2022, produksi sawit hanya 51,2 juta ton dan 51,3 juta ton pada tahun 2021.
Dengan konsumsi yang terus meningkat ini, dia menilai perlunya sikap waspada. Hal ini disebabkan karena produktivitas minyak sawit dalam negeri masih mengalami penurunan.
Menurutnya, meskipun pemerintah tengah menggalakkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), belum mampu membuat produktivitas minyak sawit stabil.
“Kita adalah produsen terbesar di dunia, tapi di satu sisi konsumen terbesar di dunia. Dalam lima tahun produksinya sudah mulai stabil, tapi produktivitas belum keangkat naik. Sekarang, kita bantu pemerintah dalam percepatan PSR, tapi sepertinya juga belum. Tapi ternyata juga belum juga,” jelasnya.
Dia menyebut apabila tidak hati-hati dalam mengatasi hal tersebut, ekspor sawit yang akan dikorbankan. Di sisi lain, dia juga menyoroti kebijakan mandatori yang jangan sampai menekan Industri sawit. Padahal, dia menyebut banyak negara yang masih membutuhkan minyak kelapa sawit.
“Kita adalah konsumen terbesar kalau nggak hati-hati yang akan dikorbankan pasti devisa, ekspor pasti dikorbankan. Hampir semua dunia butuh minyak sawit, untuk jangan distop. Itu kan berarti, mereka tahu kita, produksi stagnan,” jelasnya.
Sumber: detik dotcom