Dewan Emas Dunia : Deposit Emas Semakin Sulit Ditemukan
ACEHLIVE.COM – Kelangkaan emas diyakini akan terjadi. Industri pertambangan emas dilaporkan sedang berjuang untuk mempertahankan pertumbuhan karena logam itu kini semakin sulit ditemukan.
Setidaknya ini dilaporkan Dewan Emas Dunia (WGC) merujuk data produksi tambang emas pada 2023. Di mana hanya ada kenaikan tipis 0,5% pada tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya.
Semakin sulit menemukan, mengizinkan, membiayai, dan mengoperasikan emas,” kata Kepala Strategi Pasar WGC John Reade dikutip dari CNBC International, Selasa (11/6/2024).
Sebenarnya WGC melihat rekor produksi tambang emas pada kuartal pertama (Q1) tahun 2024, naik 4% tahun ke tahun (yoy). Namun secara luas tren produksi mandek sejak 2016, dimana tak ada pertumbuhan sejak saat itu.
Di 2023 data asosiasi perdagangan internasional itu mengatakan produksi tambang hanya naik tipis 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, pertumbuhannya sebesar 1,35%.
Padahal di 2021 pertumbuhan memang sempat 2,7%. Namun di 2020, produksi emas global mencatat penurunan pertama dalam satu dekade, turun sebesar 1%.
“Saya pikir ada cerita yang luar biasa,” ujar Reade lagi.
“Setelah 10 tahun mengalami pertumbuhan pesat sejak sekitar tahun 2008, industri pertambangan kesulitan untuk melaporkan pertumbuhan produksi yang berkelanjutan,” tambahnya.
“Deposit emas baru semakin sulit ditemukan di seluruh dunia karena banyak wilayah prospektif yang telah dieksplorasi,” jelasnya.
Menurutnya kini, semakin sulit menemukan, mengizinkan, membiayai, dan mengoperasikan emas. Penambangan emas skala besar membutuhkan banyak modal, dan memerlukan eksplorasi dan pengembangan yang signifikan, membutuhkan waktu rata-rata 10 hingga 20 tahun sebelum sebuah tambang siap berproduksi.
“Bahkan selama proses eksplorasi, kemungkinan suatu penemuan berkembang menjadi pengembangan tambang sangatlah rendah, karena hanya sekitar 10% dari penemuan emas global mengandung cukup logam untuk menjamin penambangan,” lanjutnya.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), sekitar 187.000 metrik ton emas telah ditambang hingga saat ini. Sebagian besar berasal dari China, Afrika Selatan (Afsel) dan Australia dengan cadangan emas yang dapat digali diperkirakan sekitar 57.000 ton.
“Selain proses penemuan, semakin sulitnya mendapatkan izin pemerintah dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya telah membuat penambangan semakin sulit,” tambah Reade lagi menyinggung izin pertambangan dapat memakan waktu beberapa tahun.
“Selain itu, banyak proyek pertambangan direncanakan untuk daerah terpencil yang memerlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air, sehingga menimbulkan biaya tambahan dalam pembangunan tambang dan pembiayaan operasi,” ujarnya.
“Semakin sulit mencari emas, mengizinkannya, membiayainya, dan mengoperasikannya,” tambahnya.
Sementara itu, harga emas sedikit tertahan setelah reli ke rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, didukung oleh kuatnya permintaan yang dipimpin oleh China. Temukan emas saat ini diperdagangkan pada US$2,294.3 per ons.
Sumber: cnbcindonesia dotcom