Berlayar di Rute Dagang Kuno, Jejak Perjumpaan Jalur Rempah di Selat Malaka
ACEHLIVE.COM – Bersama KRI Dewaruci, Sang Angsa Putih yang anggun melegenda, National Geographic Indonesia akan melayari rute dagang kuno dan menziarahi jejak-jejak perjumpaan Jalur Rempah.
Rempah telah menjadi bagian takdir kita. Sejak ribuan tahun silam, cita rasa dan aroma rempah telah menggerakkan pelayaran menuju kepulauan kita. Begitu berharganya rempah, sampai-sampai para pedagang merahasiakan asal-usul rempah.
Tanpa kita sadari, peradaban dunia pun dibangun dari rempah-rempah. Temuan rempah rempah di pemukiman zaman Mesopotamia, pemakaman para firaun Mesir kuno, catatan naskah kuno sampai penuturan kitab-kitab suci telah menunjukkan betapa rempah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban.
Apabila Indonesia memiliki kebinekaan, baik budaya maupun genetika rempahlah yang telah membentuknya. Jalur rempah telah memungkinkan segala pertukaran antarbangsa lintas benua dan lintas samudra, tidak hanya soal rempah tetapi juga pertukaran teknologi, pengetahuan, seni, budaya, sampai agama.
Mahandis Yoanata Thamrin dan Okky Anak Dolan bersama Laskar Rempah Batch-2 akan menyusuri celah perairan nan ramai antara Sumatra dan Semenanjung Malaya. Selama pelayaran itu mereka akan menyinggahi kota-kota pesisirnya sembari menghimpun narasi tentang relasi rempah dan budaya setempat. Sebuah perjalanan bersejarah, mereka mengarungi dan menapak tilas rute dagang kuno Jalur Rempah.
“Sungguh bangga menjadi bagian dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah di sisi barat Nusantara bersama KRI Dewaruci yang begitu sohor,” ujar Mahandis Yoanata Thamrin, Managing Editor National Geographic Indonesia. “Enam puluh tahun silam, pada awal 1964, kapal ini memulai misi perdananya mengelilingi dunia melintasi Selat Malaka. Kini, kami berlayar bersamanya dan singgah di perwakilan kota penting di Pantai Timur Sumatra dan Semenanjung Malaya untuk memaknai jalur yang turut membentuk keberagaman Nusantara. Kita adalah sanubari yang terbentuk atas perjumpaan-perjumpaan pada ribuan tahun silam.”
Okky Anak Dolan pun mengungkapkan suka citanya saat memulai perjalanan ini. “Harapan dari pelayaran jalur rempah ini,” ujarnya,
“semoga menumbuhkan kebanggaan akan jati diri daerah-daerah di Indonesia dan memperkuat jejaring interaksi budaya antar daerah sehingga memperteguh ikatan ke-Indonesiaan. Selain itu juga guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarian, mengembangan dan memanfaatkan warisan budaya jalur rempah untuk pembangunan berkelanjutan.”
Program ini dibingkai dengan tajuk “Muhibah Budaya Jalur Rempah“, yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dalam semangat kebaharian, pelayaran ini diharapkan akan menemukan kembali bagaimana narasi masa silam mampu menjelma sebagai kekuatan masa depan Nusantara.
“Tujuan akhir dalam pelayaran ini bukan hanya menumbuhkan minat pada sejarah kemaritiman, namun juga menggali warisan budaya kemaritiman lainnya seperti KRI Dewaruci yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan juga tapak sejarah lainnya di persinggahan pelayaran kapal,” ucap Hilmar Farid, Direktur Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, saat melepas misi pelayaran muhibah ini di Lapangan Komando Lintas Laut Militer di Jakarta Utara pada 7 Juni silam. “Lebih dari itu, kita memiliki banyak praktik-praktik tradisional yang berkaitan dengan kemaritiman, dan semua itu harus kita lestarikan.”
Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah bermula dari Jakarta Utara, pada 7 Juni 2024. Setelah menempuh pelayaran menuju Belitung, KRI Dewaruci dan Laskar Rempah Batch-1 singgah di Kota Dumai dan Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Berikutnya, laskar Rempah Batch-2 tiba di Dumai pada 17 Juni. Mereka akan melanjutkan pelayaran pada 19 Juni menuju Sabang, Banda Aceh, Malaka, Tanjung Uban, dan Penyengat.
Selama pelayaran Dumai-Sabang, mereka akan berdiskusi di atas KRI Dewaruci tentang “Sejarah Jalur Rempah Aceh dan Malaka pada Masa Kolonial” bersama Daya Negeri Wijaya, seorang dosen Departemen Sejarah, Universitas Negeri Malang; “Cagar Budaya, Warisan Budaya Takbenda dan Objek Pemajuan Kebudayaan di Wilayah Aceh” bersama Miftah Roma, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I; dan diskusi bertajuk “Cagar Budaya, WBTB dan Objek Pemajuan Kebudayaan di Wilayah Sumatra bagian Utara” bersama Nasrul Hamdani, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II.
Sepanjang pelayaran Sabang – Malaka, Laskar Rempah Batch-2 akan berdiskusi tentang “Khazanah Kebudayaan dan Pembangunan Manusia Indonesia” bersama Andre Notohamijoyo, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Diskusi berikutnya bertajuk “Sejarah Peradaban Melayu dan Kebudayaan Aceh Sejak Kedatangan Islam” bersama Hermasyah Yahya, dosen UIN Arraniry Aceh; dan Ichwan Azhari, Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, dengan tajuk “Sejarah Jalur Rempah, Konektivitas Maritim Austronesia dan Perdaban Melayu”.
Junus Satrio Atmodjo, arkeolog dan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, akan mengajak berdiskusi tentang “Sejarah Bahari dan Jalur Rempah: Perspektif Arkeologi Maritim di Nusantara” dalam pelayaran KRI Dewaruci Malaka – Tanjung Uban. Ia akan ditemani oleh Jauhar Mubarok, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV, yang akan berdiskusi tentang “Cagar Budaya, Warisan Budaya Takbenda dan Objek Pemajuan Kebudayaan di Wilayah KEPRI”.
Muhibah Jalur Rempah akan singgah di Dumai, Sabang, Banda Aceh, Malaka, Tanjung Uban, dan Penyengat. Kota-kota rempah itu memiliki relasi historis yang terbangun melalui mukjizat jalur rempah.
Laporan perjalanan mereka akan dihimpun dalam #KabardariSelatMalaka melalui web nationalgeographic.co.id dan akun media sosial kami pada 17 Juni – 7 Juli 2024.
Sumber: nasionalgeographic dotgrid dotid