Luasan Hutan Aceh Hilang Drastis
ACEHLIVE — Sepanjang tahun 2023, Provinsi Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 8.906 hektar yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota. Alih fungsi lahan menjadi hak guna usaha perkebunan, pembukaan ladang, hingga pembangunan infrastruktur menjadi pemicu.
Hal itu mengemuka dalam acara rilis tahunan ”Deforestasi Hutan Aceh dan Solusi” yang digelar oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh bersama Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA), Kamis (29/2/2024), di Banda Aceh.
Manager Geographic Information System (GIS) Yayasan HAkA Lukmanul Lukman mengungkapkan besaran laju penurunan hutan tahun 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2022, yakni 9.384 hektar. Sejak 2015 hingga 2023 terjadi tren penurunan luas tutupan hutan yang berkurang.
Lukman mengatakan, tutupan hutan yang berkurang pada tahun 2023 berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) seluas 4.052 hektar dan di luar KEL 4.854 hektar. Dengan demikian, jumlah tutupan hutan Aceh yang tersisa pada tahun 2023 seluas 2,94 hektar.
HAkA merekam laju penurunan tutupan hutan menggunakan citra satelit Planetscope, Landsat 8 & 9, Sentinel 2, dan glad alert. Data yang direkam dengan satelit dikaji oleh tim dan verifikasi lapangan menggunakan pesawat drone. Menurut Lukman, melalui serangkaian pencatatan dan analisis, data yang mereka hasilkan akurat.
Lukman mengatakan, degradasi hutan dapat memicu bencana ekologis, seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Di sisi yang lain, kerusakan hutan di dalam KEL meningkatkan potensi konflik satwa liar dengan manusia. Saat ini KEL menjadi satu-satunya tempat di dunia yang didiami empat satwa kunci, yakni harimau, gajah, orangutan, dan badak.
KEL sebagai kawasan hutan hujan dataran rendah, diakui secara global sebagai salah satu hamparan hutan hujan tropis terkaya di Asia Tenggara dan memainkan peran sebagai salah satu penyerap karbon terbesar di Asia.
Dari sisi status di dalam KEL terdapat hutan lindung, taman nasional, hutan konservasi, hingga area penggunaan lain. HAkA mencatat, hutan yang telah dibuka kini bersalin menjadi perkebunan kelapa sawit, ladang warga, hingga pembangunan infrastruktur.
”Kami hanya menghitung tutupan yang hilang, tidak termasuk hutan yang tumbuh kembali,” kata Lukman.
Penurunan tutupan hutan terjadi di 19 kabupaten/kota, tetapi lima daerah dengan laju penurunan yang tinggi adalah Aceh Selatan 1.854 hektar, Kota Subulussalam 911 hektar, Aceh Utara 866 hektar, Aceh Timur 611 hektar, dan Aceh Barat 557 hektar.
Lukman menambahkan, menurunnya tutupan hutan dapat memicu bencana alam karena ekosistem tidak seimbang. Daya serap tanah terhadap air berkurang sehingga air hujan lebih cepat mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir luapan. Pada tahun 2023 Aceh dilanda 105 kali banjir luapan dengan kerugian Rp 18 miliar.
SISA HUTAN ACEH, NONTON VIDEONYA : http://Sisa Hutan Aceh Yang Masih dapat Dinikmati
Lukman mengatakan, tutupan hutan yang rusak harus dipulihkan kembali agar hutan dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal.
Sementara itu, Subkoordinator Inventarisasi Perencanaan Hutan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh Dede Hadi mengatakan, menekan deforestasi hingga nol persen nyaris tidak mungkin dapat dilakukan. Meski demikian, pihaknya berupaya memperkecil laju kerusakan dan memperluas area restorasi.
Dede mengatakan, kehilangan tutupan hutan tidak semua terjadi di dalam kawasan hutan sebab ada juga yang terjadi di luar kawasan hutan atau di area penggunaan lain (APL). APL merupakan area yang diperuntukkan untuk aktivitas budidaya atau yang boleh dikelola menjadi perkebunan melalui pemberian izin HGU.
”Kalau tutupan hutan yang hilang berada di APL karena aktivitas HGU kami tidak bisa mencegah sebab itu bukan ilegal,” kata Dede.
Upaya menahan laju kerusakan hutan dilakukan dengan meningkatkan pengawasan, patroli rutin, penyuluhan kepada warga di sekitar hutan hingga pemberian izin kelola perhutanan sosial dan hutan adat kepada warga.
Perhutanan sosial merupakan skema untuk memberikan izin kepada warga mengelola hutan tanpa merusak fungsinya. Melalui perhutanan sosial, warga juga didorong untuk terlibat aktif menjaga hutan.
Misalnya, pemerintah bersama warga melakukan restorasi terhadap 716 hektar hutan lindung di Aceh Tamiang yang sempat ditanami kelapa sawit oleh perusahaan. Saat ini lahan tersebut dikelola oleh warga untuk ditanami agroforestry.
Terluas di Sumatera
Dengan luas tutupan hutan 2,9 juta hektar membuat hutan Aceh menjadi yang terluas di Pulau Sumatera. Sebesar 55 persen daratan Aceh masih ditutupi hutan, sementara pada peringkat kedua terdapat Provinsi Sumatera Barat 45 persen. Di Sumatera, provinsi dengan tutupan hutan terkecil adalah Bangka Belitung hanya 11 persen dari luas daratan.
Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh Rahmat mengatakan, hutan Aceh memberi harapan besar untuk keberlangsungan hidup satwa lindung. Kerusakan hutan Aceh akan mengancam kehidupan satwa lindung.
Oleh sebab itu, Rahmat mengajak semua pihak untuk terlibat merawat hutan agar ekosistem tetap stabil sehingga menjamin keberlangsungan hidup satwa dan manusia.
Sumber : KOMPAS DOT ID