Ada kertas Suara Palsu di KIP Lhokseumawe
Acehlive.com, Lhokseumawe– Komisi Independen Pemilihan (KIP) kota Lhokseumawe melakukan simulasi pencoblosan, perhitungan dan rekapitulasi hasil perolehan suara serta penggunaan sirekap pada pemilu 2024. Simulasi ini berlangsung dihalaman kantor KIP kota Lhokseumawe, desa Uteun Koet, kecamatan Muara Dua, pemko Lhokseumawe Minggu, 17/11/2024.
Acara Simulasi diselenggarakan mulai mulai pukul 08.00 WIB hingga siang hari.
Peserta simula adalah warga yang terdaftar sebagai pemilih yang berdomisili di sekitar kantor KIP.
Ketua KIP kota Lhokseumawe mengatakan, simulasi ini dilakukan mendekati pemilu yang sesungguhnya. ” Peserta simula adalah pemilih dari TPS 3 dari desa Uteun Koet, kecamatan Muara Dua. Jumlahnya sebanyak 540 pemilih” kata Abdul Hakim.
Berdasarkan pengamatan acehlive.com, simula ini berlangsung seperti pemilu yang sesungguhnya.
Selain dijaga oleh aparat keamanan, sejumlah penyenggara tingkat kecamatan juga dilibatkan. ” Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK ) dan Petugas Pemungut Suara (PPS) dari seluruh kota Lhokseumawe turut hadir . Jumlah PKK 20 orang, PPS 204 orang. Dari empat kecamatan dan 64 desa,” terang Abdul Hakim.
Untuk memastikan hak pemilih, KIP juga memperhatikan kebutuhan para penyandang distibalitas. “kita sudah siapkan dan mengantispasi untuk menjaga hak pilih penyandang distibalitas dengan menyiapkan petugas pendamping, khusus untuk pemilih tuna netra.Sementara untuk penyandang distibalitas lain tidak perlu ada pendamping,” kata Abdul Hakim.
Sementara untuk menjaga psikologis dan calon pasangan wali kota dan gubernur , KIP mencetak kertas suara ‘palsu’ karena tidak mencantum nama, photo dan nama kabupaten/ kota dan propinsi.
Pada tertas suara yang simulasi, KIP mencetak nomor urut dua digit, seperti pesangan nomor urut 76,78 dan 78. Sementara kertas suara yang sebenarnya dimulai dari nomor urut 01 hingga 04 untuk calon walikota dan pasang urut nomor 01 hingga 02 untuk pasangan gubernur.
Gambar calon juga diganti dengan gambar bunga dan gambar makanan.
Sementara nama wilayah kabupaten/ kota dan juga bukan nama yang sebenarnya. Nama kota Lhokseumawe diubah dengan nama ‘kota bercaya’ dan nama pasangan gubernur ditulis provinsi ‘Gajah Puteh’ .
” Kita membuat nomor urut dan nama wilayah bukan dengan nama yang sebenarnya untuk menjaga dampak kepada pasangan walikota dan gubernur. Tidak kita gunakan yang sebenarnya untuk menghindari politisasi setelah perhitungan hasil simulasi,” kata Abdul Halim.
Penulis : Nasier Husen